[2Shot] A Walk to Remember

SNSD Jessica – 2PM Park Jaebum
Tiffany – Ok Taecyeon
Romance
PG 12

Karakter:

Jung Sooyeon/Jessica Jung:
Gadis 18 tahun yang pindah dari Seoul, Korea Selatan ke California bersama ayahnya. Jessica adalah anak tunggal keluarga Jung sedangkan ibunya sudah meninggal

Park Jaebum/Jay Park:
18 tahun. Tenar, populer dan tampan. Kapten basket dan seorang b-boy. Jay adalah orang Korea (dari pihak ayah) sedangkan ibunya adlaah orang Amerika.

Tiffany Hwang:
18 tahun. Tiffany memiliki darah Korea asli seperti Jessica namun lahir dan besar serta menetap di California selama hidupnya. Gadis yang lumayan populer di sekolah.

Ok Taecyeon/Taec:
Sama hal nya dengan Tiffany, Taec juga memiliki darah Korea murni namun menetap di California sejak lama. Berusia 18 dan sahabat dekat Jay. Taec juga salah satu pemain basket di sekolah.

***

Seoul, Seouth Korea 2007

“Sooyeon, kau sudah siap?” tanya Tn. Jung dari pintu depan memanggil anaknya yang berada di lantai atas.

“Ne appa!” sahut gadis itu. Dia turun dari lantai atas dengan beberapa koper dan bawaan lainnya.

“Sini appa bantu.” Tn. Jung dengan cepat mengambil alih koper besar yang beratnya mungkin setengah dari berat badan putrinya.

“Sudah siap, my princess?””I’m ready dad! I’m always ready!”

***

California, United States 2007

Siapa yang tidak kenal Jay? Pria populer seantero sekolah, anggota basket, b-boy dan tentu saja tampan.

“Jay, besok malam ada party di rumahku. You wanna come?” tanya gadis blasteran asia yang berambut cokelat gelap. Dengan sengaja dia menempelkan tubuhnya ke lengan Jay yang penuh keringat karena pria itu baru selesai bermain basket.

“Ehm, ok.” jawabnya singkat dan meneguk air minum botolannya.

“So, see you tomorrow night.” gadis itu mengecup pipi Jay dan kembali bersama rombongannya dengan, yang menurut Jay, berlebihan.

“Hey Jay! Jadi gosip itu semuanya benar?” tanya Taec, sahabat Jay.

“Gosip apa?”

“Kau dan si Tiffany itu pacaran?” Taec sengaja mengolok-olok Jay.

“Shut up!” Jay bangkit dari duduknya dan berjalan ke dalam gedung sekolah.

“Hei, ayolah!” Taec mengejar langkah Jay.

“Aww…” karena kurang hati-hati, Jay secara tidak sengaja menabrak seorang gadis berambut pirang.

“Uhm… I’m so sorry.” Jay bangkit dan membantu wanita itu berdiri.

“It’s ok, it was my fault.” (tidak apa-apa, itu kesalahanku) gadis itu bangkit dan dan membersihkan pakaiannya.

Gadis ini, sangat unik atau harus kubilang, udik? Untuk apa dia memakai sweater dan celana dari bahan dasar ke sekolah? Apa dia guru?

“Are you get hurt?” (apa kau terluka) tanya Jay lagi.

“No, I’m ok. Thanks for concerning. May I excuse.” (tidak, aku tidak apa-apa. Terimakasih perhatiannya. Permisi) gadis itu menyandang tas punggungnya lalu berjalan meninggalkan Jay.

“Waw! That’s what I called ‘fashion terrorist’ !” (waw! Itu yang dibilang ‘fashion terrorist’) girang Taecyeon.

“Ya, setidaknya saat ini ada yang mengalahkanmu di bidang itu.”

***

Sooyeon’s POV

Huh, baru saja datang aku sudah jatuh! Untung saja pakaian ku tidak kotor.

Dasar Sooyeon ceroboh! Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Keadaan disini benar-benar berbeda dari sekolahku di Seoul.

Disini tidak memakai seragam, murid-muridnya bebas bermesraan bahkan eeww… apa aku baru saja melihat mereka berciuman? Benar-benar parah!

Aku menarik nafas panjang ketika akhirnya aku berada di depan pintu ruang kepala sekolah. Kurapikan lagi rambut serta pakaianku lalu ku ketuk pintunya 2 kali.

“Come in.” (masuk) kata suara dari dalam.Aku menekan knop pintu dan aku masuk ke dalam ruangan yang tidak terlalu luas namun amat rapi. Ruangan ini didominasi dengan warna cokelat.

“Have a seat.” (silakan duduk) dia tersenyum ramah. Kulihat namanya adalah Jeanne Smith.

“Thank you.”

“So, you are So… Su.. Yun…… Jung.” dia sedikit kesulitan mengeja namaku.

“You can call me Jessica. Jessica Jung.” (kau bisa memanggilku Jessica. Jessica Jung)

“Baiklah Jessica, itu terdengar lebih mudah. Kau baru pindah dari Korea Selatan?”

“Ya.”

“Boleh kutanya kenapa?”

“Ayahku diindah tugaskan kesini jadi aku juga ikut beliau.” dia mengangguk mendengar penjelasanku.

“Emm… Ibu Kepala Sekolah…”

“Please.. Call me Mrs. Smith.”

“Oh, yeah I’m sorry. So, bisa saya minta jadwal saya?”

“Ehm… Wait a second. Ah, ini dia! Here you go.” Mrs. Smith menyerahkan sebuah kertas berisi jadwal belajarku.

“Sebentar lagi kau ada kelas Seni jadi sebaiknya kesana sekarang.”

“Thank you.” tanpa sadar aku membungkukan tubuhku sementara Mrs. Smith mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

“Oh, I’m… I’m so sorry Mrs. Smith.”

“It’s ok. You gotta have to use with it.” (tidak apa-apa. Kau harus terbiasa dengan hal ini) ujarnya sambil tersenyum dan aku menjabat tangannya.

***

“Art… Art…” aku bergumam sambil memperhatikan kesekelilingku.

“Ah!” akhirnya aku menemukan kelasku dan langsung mengetuk pintunya. Setelah dipersilahkan aku langsung masuk dan menyapa guruku.

“So, you’re the freshman.” (jadi, kau anak baru) ujarnya.

“Em.. Yes, Sir. I’m Jessica Jung.” aku menjabat tangannya.

“Jung! What a bare surename.” (Jung? Nama belakang yang jarang) katanya sambil tersenyum.”Are you… Chinesse?”

“No, Sir. I’m not. I’m Korean.”

“Ooh, Korean!” dia terlihat bersemangat.

“Jay, Taec, Tiffany! Looks like you have a new friend here!” (Jay, Taec, Tiffany! Sepertinya kalian punya teman baru disini) ketiga murid yang dipanggil tadi langsung saja secara spontan menatapku.

Satu lelaki yang kulitnya agak gelap tersenyum menunjukkan giginya yang rapi namun agak besar-besar, satunya lagi wanita cantik dengan rambut gelap panjang dan yang satunya lagi… Hei! Dia lelaki yang tadi kutabrak kan?

“Mereka juga memiliki darah Korea.” ujar pak guru.

“Oh, kau bisa memanggilku Sir Cameron.”

“Yes.”

“Jadi, what you got Jessica?” (jadi, apa yang kau bisa Jessica)

“Em… Aku bisa bermain piano.”

“Then show it!” (tunjukkan) Sir Cameron menunjuk sebuah piano yang letaknya di ujung kelas, tepat di samping jendela yang menghadap ke lapangan bisbol.

Aku tersenyum padanya lalu berjalan menuju piano itu. setelah merasa nyaman duduk disana, aku mulai memainkan tuts dengan jari-jariku.

Kumainkan lagu favoritku, ya… Only Hope dari Mandy Moore, penyanyi favoritku. Sejenak kelas terasa hening seiring suara merdu yang keluar dari piano ini.

Setelah kurang lebih 3 menit akhirnya lagu yang kumainkan selesai. Tak ada tepuk tangan atau decak kagum, tidak kecuali dari Sir Cameron.

“Wonderful! What a beautiful melody. A walk to remember?” (Indah! Melodi yang indah. A walk to remember?) dia terlihat amat bersemangat sampai-sampai memberiku pelukan singkat.

“Ya, itu drama favorit saya.” jawabku pelan.

“Pantas saja! Dia seakan pemeran utama di film itu. Loser.” gadis yang kuketahui bernama Tiffany menyeletuk di sambut dengan tawaan semua orang di kelas.

“Silent! Sudah cukup chit-chat nya. Jessica, kau bisa duduk disana.” Sir Cameron menunjuk sebuah tempat duduk yang kosong yang ada di pojok kelas daaann… disamping pria yang kutabrak 1 jam yang lalu.

Aku berjalan ke bangkuku sementara bisa kurasakan semua mata tengah tertuju padaku.

Well, setidaknya pagi ini tidak berjalan terlalu buruk.

End of Jessica’s POV

***

Author’s POV

“Nice sweater!” ujar Tiffany tiba-tiba ketika Jessica lewat di depannya dan beberapa temannya dengan nada meremehkan.

“Thanks.” jawabnya dengan suara lembut dan kembali berjalan lagi.

“I dare you to get close to that girl!” (aku tantang kau untuk mendekati gadis itu!) tantang Tiffany ke Taec.

“Why me? I don’t wanna be with that… greek.” (kenapa aku? Aku tidak mau bersama dengan orang aneh itu) Taec berkata seakan dia jijik dengan gadis itu.

“Ayolah! Dia bahkan tidak sadar kalau aku menghinanya! Nice sweater? Itu sweater terjelek yang pernah kulihat! Dan kau lihat celananya? Apa din negaranya tidak menjual jeans?” Tiffany tertawa kencang.

“I take the dare!” (aku ambil tantangannya) Jay berdiri menghadap Tiffany.

“Jay…”

“Ayo! Aku berani untuk mendekatinya.”

“Are you sure, dude?” tanya Taec heran.

“Ok. Rule number 1: kau harus bilang bahwa dia itu cantik 2 kali and after that, dump her! (campakan dia) and rule number 2: don’t fall for her!” Tiffany menjelaskan.

“Deal!”

***

“Hei!” Jay berteriak sambil berlari.

“Did you call me?” Jessica bertanya ketika dia memutar badannya.

“Of course you.” Jay mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan.

“I’m Jay.” Jay mengulurkan tangannya dan dengan senang hati disambut oleh Jessica.

“I’m Jessica.”

“Kau mau pulang?” Jessica mengangguk.

“Mau kuantar?” Jay mengeluarkan kunci mobilnya dan memainkannya di hadapan Jessica.

“Tidak usah. Rumahku hanya beberapa blok dari sini, aku bisa jalan kaki.” tolak Jessica halus.

“But I’m insist! Let’s go!” (tapi aku memaksa! Ayo!) Jay mendorong tubuh kecil Jessica dari belakang dan membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya, red ferrari.

“You have a nice car.” (mobilmu bagus) puji Jessica.”You like it?”

“Kinda.” (kira-kira) Jessica tersenyum lagi.

“Let’s go!”

“Tunggu dulu!” Jessica menahan tangan Jay yang ingin memutar kunci.

“Apa?”

“Safety belt.”

“What? Jessy, tidak ada yang memakai safety belt disini.” Jay tersenyum.

Jessy? Dia memberiku nama panggilan?

“Tapi itu perlu. Kau tidak mau mati konyol kan?” Jessica memaksa.

“Ok, aku pakai. Nah, bagaimana?”

“That would be nice.” (bagus sekali) Jessica sekali lagi tersenyum.

“Jadi kau dari Korea. Utara atau Selatan?” Jay memulai pembicaraan terlebih dahulu setelah mereka meninggalkan sekolah.

“Selatan. Kau?”

“Apa?”

“Aku dengar dari Sir Cameron kau juga orang Korea bersama 2 orang temanmu.”

“Aah. Iya. Aku setengah Korea dan setengah Amerika. Ayahku orang Korea.”
Jessica mengangguk, “jadi nama keluargamu?”

“Park. Nama Koreaku Park Jaebum tapi aku tidak terlalu suka nama itu.”
Jessica terkekeh kecil.

“Kalau kau? Apa nama Koreamu?” Jay ganti bertanya.

“Aku Jung Sooyeon.”

“Namamu sulit untuk dieja.”

“Ya, tadi Mrs. Smith juga cukup kesulitan.”

Mereka mengobrol layaknya orang yang sudah lama kenal hingga akhirnya mereka tiba di depan rumah Jessica.

“Kau tahu Jessica, kau sangat cantik.” puji Jay sambil menatap dalam mata

Jessica. Jessica yang kaget tidak dapat berkata apa-apa, dia hanya diam layaknya sebuah patung.

“Hei!” Jay menjentikkan jarinya di depan wajah Jessica membuat gadis itu sadar dari lamunannya.

“Ehm, sorry. Thanks. Mau mampir dulu?” Jessica menawarkan.”Tidak perlu, aku pulang dulu. Ayong.”

“Hahaha….” Jessica tertawa keras membuat Jay heran.

“Why are you laughing?” tanya Jay.

“Bukan ‘Ayong’ tapi ‘annyeong’.” Jessica mengoreksi kata-kata Jay.

“Aah, kau tahu aku belum terbiasa. Jadi, ehm… Annyeong.” Jay melambaikan tangannya sambil tersenyum manis.

“Annyeong Park Jaebum.” Jessica balas melambai.

Setelah mobil merah itu hilang dari pandangan, tepat ketika gadis itu membalikkan badannya wajahnya terbentur sesuatu yang tegap.

“Appa.”

“Siapa itu?” tanya Tn. Jung dingin.

“Siapa?”

“Pria yang mengantarmu pulang tadi.”

“Itu temanku.” jawab Jessica ringan.

“Kau tahu Sooyeon-ah, appa lebih suka kalau kau bergaul dengan wanita.”

***

Keesokan harinya

“Jadi, baru berapa kali kau mengatakan suka padanya?” Tiffany bertanya dan duduk di pangkuan Jay. Merasa risih Jay langsung menyingkirkan tubuh gadis itu darinya.

“Baru 1 kali.” jawabnya acuh.

“Kau ingat, perjanjian kita adalah 2 kali.”

“Aku tahu.”

“Baguslah. Dan jangan lupa rule kedua Jay.” Tiffany berjalan menjauh dan menuju kantin namun sesuatu menarik perhatiannya.

Jessica yang duduk sendirian dan mengenakan dress berwarna biru bercorak kembang dipadukan dengan sweater pink dan selain itu dia juga mengenakan sepatu sandal.

Tiffany menghampiri Jessica yang sedang menikmati makan siangnya dan duduk di hadapan gadis itu.

“Annyeong.” sapanya. Jessica langsung melihat Tiffany dan tersenyum lebar.

“Annyeonghaseyo.” senyuman Jessica mampu menunjukkan seluruh giginya.

“Jadi, kau dari Korea.” Tiffany kembali menggunakan bahasa Inggris.

“Ya, Seoul.” Jessica bersemangat.”Kau mau datang ke pestaku malam ini?” Tiffany tersenyum lembut.

“Pesta?”

“Iya, pesta dirumahku malam ini. Jangan khawatir, tamunya hanya teman-teman disekolah kita.”

“Tapi… aku tidak mengenal siapapun.”

“Makanya kau harus datang malam ini supaya kau mengenal banyak orang, ya kan? Ayolah, aku mengundangmu.” kali ini Tiffany menggenggam tangan Jessica. Merasa tersentuh dengan cepat Jessica mengangguk dan tersenyum lebar.

“Aku pasti datang.”

***

“Hei!” panggil Jay ketika Jessica baru saja keluar dari kelas Kimia nya.

“Hei.” Jessica melambai dan menghampiri Jay.

“Kau sangat cantik, Jessy.” puji Jay yang tentunya hanya kebohongan.

“Gracias.” (terimakasih) Jessica mengucapkan kata itu sambil tertunduk malu, pipinya merah.

“Jadi, aku diundang oleh Tiffany untuk datang kepesta nya malam ini.” Jessica bercerita pada Jay di perjalanan mereka menuju parkiran mobil  mengenai undangan Tiffany.

“Apa?”

“Kenapa kau terlihat kaget? Tiffany bilang ini hanya acara antar teman 1 sekolah.”

“Ya, aku tahu.” Jay menggaruk kepalanya. “Jadi, kau mau pergi?”

“Tentu saja! Ini caranya aku mendapat banyak teman kan?”

“Ya, ya tentu saja.” Jay tetap menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Jadi kau juga datang?” tanya Jessica, seperti biasanya, gadis ini bersemangat.

“Em… Entahlah. Aku belum tahu pasti.” jawab Jay singkat membuat terpancar sedikit kekecewaan di wajah Jessica.

***

“WHAT THE HELL IS WRONG WITH YOU?” (apa yang salah denganmu?) Jay berteriak keras di depan wajah Tiffany ketika dia kembali setelah mengantar Jessica pulang.

“What?” Tiffany bingung melihat Jay yang marah-marah, begitu juga Taec yang ada disampingnya.

“Invited her to the party? What? To get more ‘friends’?” (mengundangnya ke pesta? Apa? Untuk mendapat banyak ‘teman’?) Jay menekankan kata ‘friends’

“What? Aku hanya mengundangnya, ada yang salah?” Tiffany menyengir.

“Jangan pikir aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan nanti!” tunjuk Jay tepat di depan hidung mancung Tiffany.

“Oh! Memangnya apa yang akan kulakukan?” tantang Tiffany.

“Whatever you wanna do, just don’t do it!” (apapun yang akan kau lakukan sebaiknya tidak perlu kau lakukan!) ancam Jay dan meninggalkan Tiffany.

“Aku susul dia dulu.” ujar Taec kemudian mengejar langkah Jay yang belum terlalu jauh.

“Jay!” Taec memanggil-manggil Jay.

“Hei dude, slowdown.” (hei, pelan-pelan)

“What? Kau juga bagian dari semua ini?” tuduh Jay.

“Hei, kenapa kau jadi berprasangka buruk padaku?”

“Sorry.”

“Jadi, kau akan datang malam ini?”

“Aku hanya akan menyelesaikan tantanganku kemudian melupakan semua ini, menganggap ini tidak pernah terjadi.”

***

Malam hari

“Kau yakin mau pergi? Tapi kau tidak kenal siapa-siapa disana.”

“Appa, karena aku tidak kenal siapa-siapa makanya aku ingin datang. Apa appa mau aku tidak punya teman? Lagipula yang mengundangku ini perempuan dan menariknya dia juga orang Korea.”

“Benarkah? Kalau begitu biar appa antar kau kesana.”

“Annyeo appa, aku bisa pergi sendiri.” tolak Jessica.

“Oh ya? Kau bisa pergi sendiri?” ayahnya tersenyum.

“Ah, aku tidak tahu jalan ke rumahnya.” Jessica menepuk jidatnya.

“Tapi kau punya alamatnya?” Jessica mengangguk.”Kalau begitu siap-siaplah, nanti kau terlambat.” Tn. Jung mencium kepala Jessica dan membiarkan putri tunggalnya berdandan untuk malam ini.

Jessica membuka lemari bajunya, memilih baju pesta terbaiknya. Jessica menghembuskan nafas berat karena tidak ada 1 pakaianpun yang menurutnya cocok.

“Hei.” Tn. Jung mengintip dari pintu kamar.

“Appa.” Jessica membukakan pintu kamarnya dan membiarkan appa nya masuk.

“Woah. Apa ini appa?” tanya Jessica melihat ayah nya membawa sebuah kotak berukuran cukup besar.

“Bukalah.” Jessica membuka kotak itu dan ternyata di dalamnya terdapat sebuah dress cantik berwarna merah muda.

“Appa, baju siapa ini?” Jessica mengeluarkan dress berlengan panjang tadi dari dalam kotaknya.

“Ibumu. Baju itu milik ibumu dan itu di kenakan dihari pertama kami berkencan.” Tn. Jung menunduk menahan air matanya.Melihat ayahnya bersedih Jessica langsung memeluknya dari samping.

“Gumawo appa. Aku senang karena sebelum aku mati aku bisa memakai baju omma.” ujarnya pelan.

“Sooyeon-ah, jangan ucapkan kata-kata seperti itu. Kau membuat appa sedih.”

“Mianhae appa.”

“Hh, kalau begitu beriaslah secantik mungkin! Arasso princess?”

“Ehm!” Jessica mengangguk mantap.

“Appa tunggu dibawah.”

Jessica menatap baju yang masih ada di tangannya dengan senyum mengembang.

***

“Jadi disini?” tanya Tn. Jung ketika mereka telah sampai di depan rumah Tiffany.

“Sepertinya.” Jessica melihat rumah Tiffany yang cukup ramai.

“Mau ayah temani turun?”

“Annyeo appa. Nanti jika sudah selesai aku akan telpon appa untuk menjemputku.”

“Kalau begitu bersenang-senanglah. Tapi ingat! No alcohol!” Tn. Jung memperingatkan putrinya.

“Ne.” Jessica mengecup pipi ayahnya dan turun dari mobil.

Jessica berjalan dengan gugup masuk ke dalam rumah Tiffany. Di dalam sangat ramai. Bunyi musik yang keras serta lampu yang temaram membuat suasana pesta benar-benar terasa.

Jessica melihat sekekitarnya, berharap dia menemukan Tiffany, Jay, atau seseorang yang dia kenal namun hasilnya nihil.

Karena tidak berhasil, Jessica berjalan ke meja dan mengambil segelas air putih. Setelah meneguk barulah dia sadar bahwa itu adalah minuman alkohol.

“Yaak, pahit!” Jessica meletakkan gelas itu kembali ke meja.

Sementara itu, kurang dari 2 meter Taec melihat Jessica yang masih berdiri kebingungan.

“Hei Tiff!” Taec menenggol lengan Tiffany dan menunjuk ke arah Jessica berdiri.

“Hm… Putri dongeng kita sendirian sepertinya. Taec, it’s show time!” Tiffany menunjukkan senyum ‘evil’ nya sementara Taec menjalankan aksinya.

Tiba-tiba dalam hitungan detik semua lampu serta bunyi musik di rumah itu padam. Namun tidak semua. Ada 1 lampu yang menyala dan lampu itu hanya mengarah ke Jessica.

Jessica benar-benar terlihat bingung. Sekarang, semua mata benar-benar tertuju padanya. Dia bisa mendengar semua orang berkata ‘siapa itu’ atau ‘lihat baju yang dipakainya’.

“Well. Guys, Jessica Jung. She’s a friend of mine!” Tiffany berkata dari kegelapan. Merasa mendapat sedikit harapan, Jessica berusaha mencari asal suara itu.

“Tiffany.” panggil Jessica.

“Hai Jessy.” Tiffany akhirnya menampakkan dirinya dan tersenyum sambil membawa segelas martini di tangannya.

“Well…well…well… Look at her outfit guys!” (lihat bajunya, kawan-kawan) kata-kata Tiffany barusan membuat seisir ruangan tertawa. Pakaian Jessica baju Jessica yang hampir 80% menutupi tubuhnya memang berbeda jika dibandingkan dengan para gadis disini yang hanya memakai tanktop atau hotpants.

“What a nun.” (dasar perawan) cibir Tiffany.

“Looks like someone could die in there!” (sepertinya seseorang bisa mati di dalam sana) cemooh seorang bule. Jessica yang tidak mengerti dengan keadaan ini menatap Tiffnay dengan pandangan penuh arti.

“Tiffany, ada apa ini?” tanya Jessica pelan.

“Jessy, you don’t think I invited you because I wanna be one of your friend, right? Or may I say, ‘your only friend’?” (Jessy, kau tidak berpikir kalau aku mau menjadi salah satu temanmu kan?) atau harus kukatakan ‘teman satu-satunya’? Tiffany beserta teman-temannya kembali tertawa.

“Dan lihat bajumu. Apa kau mau pergi ke ladang?” Tiffany menumpahkan martini yang ada di tangannya ke baju Jessica.

“Nooo!!!” Jessica merasa shock dan mundur beberapa langkah.

“Upps. Sepertinya bajumu perlu dicuci, atau dibakar! Hahaha~” semua orang yang ada disana menertawakan Jessica. Tanpa bisa ditahan, Jessica meneteskan air matanya.

Tiffany mengambil beberapa langkah sehingga wajahnya berapa tepat di hadapan Jessica dan menatap gadis itu tajam. “Look! Don’t look me as your friend because I don’t want to be your friend, you FREAK! I want you to disappear from my sight because if I see you again, we both don’t know what will happen then. Are you clear?” (Lihat! Jangan menganggapku sebagai sebagai temanmu karena aku tidak ingin menjadi temanmu, orang ANEH! Aku ingin kau menghilang dari pandanganku karena jika aku melihatmu lagi, kita berdua tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Apa sudah jelas?)

“Well, bye bye..” Tiffany memasang senyum manisnya dan menumpahkan kembali minuman di tangannya ke baju Jessica.

Jessica langsung ebrlari keluar dari rumah itu namun belum sampai ke depan pintu dia menabrak seseorang, Jay.

“Jay, bawa aku pergi dari sini.” pintanya dengan suara parau. Jay hanya memandang gadis itu dengan tatapan datar tanpa membalas kata-katanya.

“Jessy! Jangan pikir Jay ingin menjadi temanmu karena dia mendekatimu beebrapa hari ini? Kau tahu? Kami sudah taruhan tentang hal itu.” suara Tiffany kembali terdengar.

Jessica tidak bisa membiarkan mata serta mulutnya terbuka lebar. Dia memandang Jay dengan tatapan tolong-katakan-itu-tidak-benar.

“Jay…”

“In your dream.” (didalam mimpimu)  Jay berkata sambil menatap mata Jessica. Jessica menggeleng tanda dia tidak percaya dengan semua ini dan berlari smabil menangis keluar.

“Jay. You did a great job!” Tiffany berkata puas.

“What is wrong with you? What is your problem? Apa kesalahannya sehingga kau membuatnya menderita?” tanya Jay denga suara keras membuat semua orang yang ada disana kaget.

Tiffany berusaha tenang dan memberikan senyum manisnya. “Nothing. Aku hanya ingin bersenang-senang dan kau ambil taruhan itu. Terimakasih atas hiburannya Jay.”

“You witch!” (kau nenek sihir) ujar Jay dan keluar dari tempat itu.

“Jay!” Taec mengikuti langkah Jay keluar.

Taec menarik baju Jay dari belakang agar pria itu berhenti berjalan. “What is wrong with you man?”

Jay hanya diam dan menundukkan kepalanya.

“This girl change you and you don’t even know it man.” (gadis ini mengubahmu dan bahkan kau tidak tahu itu) Taec berkata pelan.

“Do you think I fall in love with her?” (apa menurutmu aku jatuh cinta padanya?) Jay bertanya pelan.

“You ‘fell’ in love with her dude.” (kau sudah jatuh cinta padanya) Taec menekankan kata fell di kalimatnya.

“Apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar melakukan kesalahan besar.” Jay mengusap wajah dengan telapak tangannya.

“Jika kau mencintainya, aku rasa kau harus meminta maaf terlebih dahulu.”


-TBC-

Udah pada nonton drama ‘A Walk to Remember’ ? Ok, mungkin bagi yang masih berumur 15 tahun kebawah belum pernah kali ya karena itu film rilis di tahun 2002. Itu film yang main Mandy Moore sama Shane West. Nah, menurutku itu drama teromantis yang pernah ada (selain Titanic of course).

Ceritanya sih ga berat cuma author seneng aja dan udah berulang kali nonton tuh film yang udah sukses bikin saya nangis lebay. Nah, kemaren setelah nonton ulang akhirnya aku mikir buat bikin ff dengan cerita sama (walaupun kesamaan disini hanya berkisar 80%). Awalnya pengen bikin oneshot tapi karena kepanjangan jadi aku bikin 2shots.

Nah, masalah cast knp aku pilih JaySica? Karena aku pernah liat trailer drama ini, fanmade, di youtube dan cast yang dipake itu orang juga JaySica. Nah, abis itu karena suaranya Sica mirip bgt ama suara Mandy Moore di FMV itu.

Jadi, disini author bukannya plagiat tapi emang ini cerita aku bikin garis besarnya sama kaya cerita novel/film nya walaupun ada beberapa bagian yang aku ubah atau aku lewatin dan mungkin bagi yang pernah nonton udah tahu akhir dari cerita ini bakal gimana. Dan aku akan masukin beberapa quote yang aku suka dari drama ini disini. Ok? have fun reading guys! Chap kedua Insya Allah bakal aku post secepatnya.

Read it, Love it and COMMENT!

32 komentar di “[2Shot] A Walk to Remember

  1. hwaa.
    pas liat judulnya langsung keinget ama filmnya nih.
    romantis bgt deh.
    hhi.^^

    jaysica pas bgt kya mandy moore sama shane west.
    wkwk.

    endingnya ditunggu ea.^^
    dijamin bkin nangis bombay deh.

    • kamu udah nonton film nya?
      sweet bgt kan? romantis bgt aku suka film nya!
      emg bener apalagi suara Sica rada mirip ama suara Mandy Moore dan anehny lagi…. suara Shane West juga kadang-kadang mirip ama Jaebum apalagi pas dy teriak2 spya si Jamie buka pintu (asli itu mirip bgt ama suara Jay)

      siip (y) aku usahain buat post secepatnya ^^

  2. Daebak!! FFnya daebak!
    Tiffany sih ngeselin abis loh! Jessica gk salah apa2 jg! Dasar..
    Hahaha sukur deh si Jay kena karma jd suka sm Sica.. Hahaha.
    Bagus onn, ga sabar part 2 😀

  3. aku blm pernah ntn filmnya…gr2 km buat ffnya,aku lgsg jd pnsaran gmana filmnya.. aku mw nyari dh..

    smntr aku nyari kstnya,kmu update lnjtnnya ya hehehe,

    • Iya, couple ini emg t’blg jarang.
      Hehe~ kan cm d ff aja jahatny, ga beneran ko jd tng aja.

      Siip, ntar ak mampir ya abis lagi butuh bacaan jga nih, hee
      Makasih ya udh mampir^^

  4. A Walk to Remember?? Perasaan Pernah Nonton..
    Crta.a cwe.a kena Leukimia bukan sihh, hhehe..
    Lupa Soal.a pas Film.a tayang , Q msih kls 1 Sd..

    Ooohh …
    Tiff Jahat,.
    Jess Kalem bgt yaa,.
    Wuahh..
    Itu Jay kayak.a fallin In Love ma Jessica..
    Ayoo, Lanjutin..
    #Penasaran mode on

  5. waah
    syng blm pernah nontn .
    okk
    chingu bsk tak cari dvd na
    hah?!
    kena leukimia?!
    jd d sni ntar sica onnie bakal mati???!!
    ohh andewww
    sad end donk
    lanjuuut chingu
    baguus
    bikin penasaran

  6. annyeong ^^ saya reader baru nih
    lagi nyari ff jaysica trus kesini dah..
    ffnya bagus 🙂 *jd inget filmnya*
    jay dapet banget meranin karakter Shane west disitu 🙂
    ditunggu kelanjutannya ya 🙂

  7. ceritanya bagus! JaeSica.. udh lama gk baca ff jaesica..
    waa,,, #nangis knp Fany yg jd pemeran antagonisnya.. hiks..
    ntar orang” bener ngira Fany sejahat itu lagi
    udh gitu Sica yg fasionista jd…
    tp pengen baca lanjutannya.. 🙂

Tinggalkan Balasan ke diandiod Batalkan balasan